Rindang dan teduhnya membuat mataku lama terjatuh, tertegun akan sebuah janji dan kreasi Maha Sempurna. Sungguh bantahan seorang mahluk tak akan nyaris tak terdengar. Yup mungkin hanya trauma indra sebagai batasan ungkapan pujian kebesaran itu.
Dalam duduk singgasanaku, tersandarkan sosok bidadari di depan kakiku. Yup jelas dia mutiaraku. Sungguh dia layak bagiku dan aku pun layak untuk dia. Tapi siapakah dia? Perjalanan masa laluku, menghadirkn dia. Aku harap dia, bagian sejarahku. Sungguh aku berharap itu, tapi ...aku yakin saat itu tak terbantah dan tak terkeluhkan apa yang bersandar pada kakiku.
Kejauhan aku berpikir, mungkin saja aku berkhayal dalam balutan kedhaliman dan kemunafikanku. Tapi mungkin saja ini triger untuk aku berlaku sebagai mahluk sejati. Maafkn aku Ya Robb. Wahai bidadariku, tunggu aku disana...
Dalam duduk singgasanaku, tersandarkan sosok bidadari di depan kakiku. Yup jelas dia mutiaraku. Sungguh dia layak bagiku dan aku pun layak untuk dia. Tapi siapakah dia? Perjalanan masa laluku, menghadirkn dia. Aku harap dia, bagian sejarahku. Sungguh aku berharap itu, tapi ...aku yakin saat itu tak terbantah dan tak terkeluhkan apa yang bersandar pada kakiku.
Kejauhan aku berpikir, mungkin saja aku berkhayal dalam balutan kedhaliman dan kemunafikanku. Tapi mungkin saja ini triger untuk aku berlaku sebagai mahluk sejati. Maafkn aku Ya Robb. Wahai bidadariku, tunggu aku disana...
Comments